Setelah sebelumnya turun hingga mencapai 82.000 dolar AS pada Selasa (4/3/2025), harga Bitcoin kini kembali meningkat menjadi 87.000 dolar AS (sekitar Rp1,42 miliar dengan kurs Rp16.365 per dolar AS).
Dalam sepekan terakhir, Bitcoin telah bergerak dalam kisaran harga antara 78.000 hingga 94.000 dolar AS, menggambarkan tingkat volatilitas yang tinggi di pasar kripto.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin adalah kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Menurut analis kripto, Fahmi Almuttaqin dari Reku, pelaku pasar saat ini masih khawatir akan dampak dari perang dagang terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
“Meskipun data inflasi PCE untuk bulan Januari menunjukkan penurunan, kekhawatiran tetap tinggi. Selain itu, ketidakjelasan terkait dukungan pemerintah AS terhadap perkembangan industri kripto juga menjadi perhatian pasar,” ujar Fahmi dalam siaran pers, Rabu (5/3/2025).
Indeks Fear & Greed saat ini menunjukkan level Extreme Fear, yang menandakan ketidakpastian yang sangat besar di pasar kripto. Namun, rencana Presiden Trump untuk mengadakan KTT Kripto pertama di Gedung Putih pada 7 Maret 2025, yang akan dihadiri oleh CEO Coinbase, Brian Armstrong, pendiri Chainlink Labs, Sergey Nazarov, CEO Exodus, J.P. Richardson, dan CEO Robinhood, Vlad Tenev, dipandang sebagai langkah yang positif.
“Pasar menyambut inisiatif ini dengan optimisme, tercermin dari kenaikan harga Bitcoin dan aset kripto lainnya. Meski begitu, ada perhatian mengenai apakah pertemuan ini hanya akan memperkuat pandangan pro-kripto Trump ataukah menghasilkan kebijakan yang nyata,” tambah Fahmi.
Ia juga menyoroti adanya potensi konflik kepentingan dalam pertemuan tersebut. “Investor perlu memperhatikan apakah kebijakan yang akan dihasilkan akan bersifat inklusif atau hanya menguntungkan segelintir elit industri,” katanya.
Dari sisi investor, indikator SOPR (Spent Output Profit Ratio) menunjukkan bahwa aksi jual Bitcoin akhir-akhir ini didominasi oleh investor jangka pendek yang sedang mengalami kerugian, sementara pemegang jangka panjang tetap stabil.
Fahmi juga mencatat bahwa aliran dana menuju ETF Bitcoin spot mulai meningkat kembali, yang menunjukkan adanya pemulihan kepercayaan dari investor institusional.
Dengan fundamental pasar kripto yang masih kuat, Fahmi menyarankan para investor untuk menyesuaikan strategi mereka sesuai dengan tujuan keuangan masing-masing.
“Bagi investor yang mengutamakan fundamental, fokuskan perhatian pada aset dengan kapitalisasi pasar besar. Sementara bagi mereka yang ingin memanfaatkan volatilitas, perdagangan berjangka bisa menjadi pilihan,” tutup Fahmi.
Comment