IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia, Investor Tunggu Sinyal BI

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia, Investor Tunggu Sinyal BI

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia, Investor Tunggu Sinyal BI

JAKARTA, LENSAMERDEKA.COM – Langkah agresif Bank Sentral China dalam memangkas suku bunga belum cukup memberikan angin segar bagi pasar saham Indonesia. Di tengah sentimen positif yang melingkupi bursa Asia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025.

IHSG terkoreksi sebesar 46,49 poin atau 0,65 persen ke level 7.094,60. Penurunan yang lebih tajam terjadi pada indeks LQ45, yang kehilangan 9,10 poin atau 1,12 persen dan berakhir di posisi 802,55. Pelemahan ini mengindikasikan kehati-hatian investor domestik menjelang pengumuman kebijakan suku bunga Bank Indonesia yang dijadwalkan dalam waktu dekat.

Meskipun People’s Bank of China (PBoC) telah menurunkan Loan Prime Rate (LPR) sebesar 1 basis poin—untuk pertama kalinya sejak Oktober 2024—pasar saham Indonesia belum menunjukkan respons positif. Penyesuaian ini membawa LPR tenor 1 tahun ke 3,0 persen dan tenor 5 tahun ke 3,5 persen, sebagai upaya meredam perlambatan ekonomi akibat tekanan eksternal, termasuk peningkatan tarif impor dari Amerika Serikat.

“Pemangkasan suku bunga ini merupakan respons untuk menjaga daya dorong ekonomi China di tengah tekanan eksternal, termasuk dari kenaikan tarif impor Amerika Serikat,” ujar Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research and Investment di Pilarmas Investindo Sekuritas.

Namun demikian, fokus pelaku pasar dalam negeri tetap tertuju pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang digelar 20–21 Mei 2025. Spekulasi mengemuka bahwa BI berpotensi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen. Jika terealisasi, kebijakan tersebut dinilai mampu mendorong konsumsi rumah tangga dan investasi, serta memberikan stimulus baru bagi pemulihan ekonomi nasional.

Sepanjang sesi pertama perdagangan, IHSG sempat menguat dan bertahan di zona hijau. Namun tekanan jual meningkat pada sesi kedua, menyeret indeks ke zona merah hingga akhir perdagangan.

Secara sektoral, hanya sektor kesehatan dan transportasi-logistik yang mampu mencatat kenaikan, masing-masing sebesar 0,56 persen dan 0,23 persen. Sembilan sektor lainnya mengalami tekanan, dengan pelemahan terdalam dialami sektor industri yang turun 1,17 persen. Sektor barang konsumen non-primer dan primer masing-masing melemah 1,09 persen dan 0,75 persen.

Di sisi emiten, saham seperti PICO, COCO, TRIN, LAJU, dan PTIS menjadi deretan top gainers hari ini. Sementara itu, saham KOPI, DKHH, NAIK, IDPR, dan TCID menempati posisi top losers.

Frekuensi transaksi tercatat sebanyak 1.472.736 kali dengan volume perdagangan mencapai 25,51 miliar lembar saham. Nilai transaksi harian tercatat sebesar Rp16,16 triliun, dengan 247 saham menguat, 288 melemah, dan 372 stagnan.

Berbeda dengan IHSG, mayoritas bursa saham Asia mencatatkan penguatan. Indeks Nikkei naik 0,17 persen, Hang Seng melonjak 1,49 persen, Shanghai Composite menguat 0,38 persen, dan Strait Times menanjak 0,20 persen. Tren ini menunjukkan bahwa investor regional menyambut baik langkah pelonggaran moneter di China, meskipun sentimen serupa belum berhasil mengangkat pasar domestik.

Comment