MAKASSAR, LENSAMERDEKA.COM – Penemuan sesosok mayat pria tanpa identitas menggemparkan warga Jalan Arief Rahman Hakim, Kelurahan Ujung Pandang Baru, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, pada Jumat pagi, 20 Juni 2025.
Jasad tersebut ditemukan dalam kondisi terendam sebagian di saluran irigasi yang berada tak jauh dari permukiman penduduk. Saat ditemukan, korban mengenakan kaos berwarna biru dan celana jeans hitam. Posisi tubuh korban terbaring menyamping, menimbulkan kecurigaan warga hingga memicu kerumunan di sekitar lokasi.
Rekaman video kejadian yang beredar luas di media sosial memperlihatkan sejumlah warga menyaksikan proses evakuasi dari jarak dekat. Dalam salah satu video, terdengar seorang perempuan menyebut ciri fisik korban: “Laki-laki, panjangi rambutna.”
Tim Inafis bersama unit Dokpol Forensik yang mendapat laporan dari warga segera menuju lokasi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Proses evakuasi berlangsung di tengah perhatian masyarakat yang memenuhi area sekitar saluran air.
Kanit Reskrim Polsek Tallo, Iptu Saiful, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menyampaikan bahwa jenazah sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut.
“Baru baru selesai (olah TKP). Dokpol sudah bawa ke rumah sakit (RS) Bhayangkara, tidak ada yang kenal (tanpa identitas), orang stres katanya,” ujar Saiful saat dikonfirmasi oleh awak media.
Menurut Saiful, tidak ditemukan dokumen atau barang pribadi di sekitar tubuh korban yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi identitasnya.
Meski belum ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik, pihak kepolisian belum dapat memastikan apakah korban meninggal karena kecelakaan, terjatuh secara tidak sengaja, atau merupakan korban tindak kriminal. Pemeriksaan forensik masih berlangsung untuk mengungkap penyebab pasti kematian.
“Di dalam got (ditemukan). Sementara tidak ada tanda-tanda kekerasan, masih diselidiki,” jelas Iptu Saiful.
Penemuan mayat tanpa identitas di kawasan padat penduduk seperti Tallo membuka kembali perbincangan soal kompleksitas kriminalitas urban dan kondisi sosial masyarakat. Minimnya dokumentasi identitas, dugaan kondisi kejiwaan korban, serta respons lambat dari lingkungan sekitar memperlihatkan celah dalam sistem pendataan warga dan pengawasan sosial.
Kepolisian kini dihadapkan pada tantangan untuk mengungkap identitas korban yang bisa jadi berasal dari kelompok marjinal seperti tunawisma atau individu dengan gangguan kejiwaan. Pemeriksaan medis di RS Bhayangkara diharapkan bisa memberi petunjuk awal soal penyebab kematian dan membantu menguak latar belakang korban.
Comment