JAKARTA, LENSAMERDEKA.COM — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkap adanya praktik mafia beras di 10 provinsi di Indonesia, setelah pihaknya menemukan 212 merek beras premium oplosan dari 268 sampel yang diuji di 13 laboratorium. Temuan ini disampaikan dalam wawancara eksklusif di KompasTV yang tayang pada Kamis, 17 Juli 2025.
Mentan mengatakan bahwa dugaan awal terindikasi dari anomalinya harga: pasokan di tingkat petani turun, suplai ke penggilingan turun, tetapi harga untuk konsumen naik. Ketidaksesuaian data itu mendorong pengambilan sampel massal oleh tim Kementan.
“Akhirnya aku cek, seluruh Indonesia, ada 10 provinsi seluruh Indonesia. Kami mengambil sampel 268 merek… dan 212 tidak sesuai dengan standar,” tuturnya.
Mentan bahkan menyatakan marah dengan praktik itu karena dampak langsungnya terhadap masyarakat:
“Kami ingin tahu mengapa harga beras tiba-tiba naik dan melakukan pengecekan… bukan 1 lab, 13 lab,” ujarnya, menekankan ketegasan pemerintah dalam menyikapi isu ini.
Meski tak menyebut nama perusahaan, Menteri Amran menegaskan bahwa dugaan kuat menunjukkan keterlibatan korporasi besar dalam pengoplosan. Investigasi masih terus berlangsung.
Beras termasuk kebutuhan pokok Indonesaia. Oplosan premium ke beras kualitas rendah tidak hanya merugikan petani dan konsumen, tetapi juga mengancam stabilitas harga pangan nasional.
Kementan akan memperluas inspeksi ke merek-merek lain dan menggandeng lembaga seperti BPS dan FAO untuk memastikan pasokan dan harga tetap stabil.
Investigasi berlangsung menjelang kuartal kedua 2025 saat anomali harga mulai muncul dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen.
Comment