PEKANBARU, LENSAMERDEKA.COM – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mendorong percepatan transformasi sektor pertanian di Provinsi Riau guna memperkuat kemandirian pangan nasional. Hal ini disampaikan dalam kunjungan kerjanya di Pekanbaru pada Selasa (22/7/2025), melalui Rapat Koordinasi Luas Tambah Tanam, Optimalisasi Lahan, dan Cetak Sawah Rakyat yang digelar di Gedung Daerah Balai Serindit.
Mentan menekankan bahwa Riau memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pilar pangan nasional. Namun, hingga kini, produksi beras lokal baru mampu memenuhi sekitar 22 persen dari kebutuhan masyarakat Riau yang mencapai 662 ribu ton per tahun. Sementara itu, pemanfaatan lahan pertanian baru mencapai 20 persen dari potensi keseluruhan.
“Potensi Riau luar biasa. Penduduknya 7 juta orang, pangan harus beres. Presiden meminta kita fokus pada empat hal: swasembada pangan, pangan bergizi, biofuel, dan hilirisasi,” kata Mentan Amran dalam sambutannya.
Melihat ketimpangan antara potensi dan realisasi, Kementerian Pertanian menyatakan kesiapan untuk mendorong perluasan produksi hingga 50 ribu hektare dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Dukungan anggaran senilai Rp1,7 triliun telah disiapkan untuk mendukung pencetakan sawah baru dan optimalisasi lahan.
“Kita harus menyiapkan pangan bagi generasi mendatang, 50 hingga 100 tahun ke depan, dimulai dari sekarang. Tinggal menunggu komitmen dari Pak Gubernur dan para Bupati, kami siap bantu,” ujar Mentan.
Selain sektor padi, hilirisasi kelapa juga menjadi sorotan utama dalam strategi pengembangan pertanian Riau. Mentan menyebutkan bahwa Kementan akan menginvestasikan Rp371 miliar untuk membangun industri pengolahan kelapa.
Dengan luasan tanaman kelapa rakyat yang mencapai ratusan ribu hektare, potensi hilirisasi dinilai sangat besar. Mentan optimistis bahwa nilai jual kelapa bisa meningkat drastis melalui pengolahan yang tepat.
“Dengan hilirisasi, harga kelapa bisa naik ribuan persen, dan ini berdampak langsung pada kesejahteraan petani,” jelas Amran.
Transformasi pertanian di Riau, menurut Mentan, harus bertumpu pada tiga aspek utama: pencetakan sawah baru, pengembangan komoditas kelapa, dan pembangunan infrastruktur irigasi. Ketiga hal tersebut diyakini akan mendorong kemandirian pangan, menurunkan inflasi, serta meningkatkan daya beli masyarakat dan kesejahteraan petani.
“Gagasan tanpa tindakan itu nol. Saatnya kita bergerak,” ujar Amran, yang juga merupakan Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin.
Menanggapi pernyataan tersebut, Gubernur Riau Abdul Wahid menyatakan dukungan penuh terhadap agenda nasional di sektor pertanian. Ia menyebutkan bahwa luas baku sawah saat ini mencapai 59 ribu hektare, namun realisasinya masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah.
“Dengan dukungan pusat, produksi padi tahun lalu naik 7 persen dan tahun ini diproyeksikan meningkat 12 persen,” ujar Wahid.
Terkait kelapa, Wahid menggarisbawahi pentingnya dukungan infrastruktur pengolahan, mengingat luas kebun kelapa rakyat di Riau mencapai lebih dari 400 ribu hektare.
“Kami siap berkolaborasi mencari solusi. Harapan kami, ke depan, Riau mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri dan meningkatkan kesejahteraan rakyat,” tutupnya.
Kunjungan Mentan ke Riau menandai babak baru dalam upaya memperluas peta produksi pangan nasional di luar Jawa. Dengan kombinasi cadangan lahan, potensi ekspor kelapa, dan dorongan investasi infrastruktur, Riau memang layak menjadi laboratorium transformasi pertanian terpadu.
Namun, tantangan utama terletak pada sinkronisasi antar level pemerintahan, terutama dalam eksekusi pencetakan sawah dan pembangunan industri kelapa. Jika hanya berhenti pada level komitmen tanpa percepatan aksi, potensi sebesar apa pun bisa kembali menjadi data di atas kertas.
Dukungan Rp1,7 triliun dan Rp371 miliar yang dijanjikan Kementan adalah peluang emas, namun juga tolok ukur akuntabilitas daerah. Keberhasilan Riau akan menjadi preseden penting bagi provinsi-provinsi lain dalam menerapkan model serupa: berbasis potensi lokal, tetapi terhubung dengan pasar nasional dan global.
Comment