MAKASSAR, LENSAMERDEKA.COM — Menteri Agama (Menag) RI, Prof. KH. Nasaruddin Umar, menyoroti meningkatnya angka perceraian di Indonesia yang dinilainya telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Menurutnya, ketahanan keluarga merupakan fondasi utama bagi kekuatan bangsa dan harus menjadi perhatian serius semua pihak.
Hal itu disampaikan Menag saat menghadiri Temu Konsolidasi Pengurus BP4 Sulawesi Selatan di Hotel Novotel Makassar, Kamis malam, 30 Oktober 2025. Dalam sambutannya, Nasaruddin menekankan pentingnya peran Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam menjaga keutuhan rumah tangga.
“Tidak ada negara besar yang tumbuh di atas masyarakat yang berantakan. Jika individu kuat, rumah tangga akan kuat. Jika rumah tangga kuat, masyarakat akan solid. Dan bila masyarakat solid, negaranya pasti kuat,” ujar Menag.
Menag memaparkan sedikitnya terdapat 13 faktor utama penyebab perceraian, mulai dari persoalan ekonomi, perbedaan status sosial, hingga lamanya salah satu pasangan bekerja di luar negeri. Ia juga menyoroti fenomena perceraian akibat perbedaan pilihan politik saat Pemilu.
“Ada pasangan yang bercerai hanya karena beda pilihan politik. Padahal kandidatnya sudah berangkulan, tapi mereka tetap berpisah. Perceraian tidak menguntungkan siapa pun, bahkan hanya menguntungkan iblis,” tegasnya.
Nasaruddin mengingatkan bahwa dampak terbesar dari perceraian kerap dirasakan oleh anak-anak dan perempuan. Anak-anak yang tumbuh tanpa pendampingan lengkap berisiko menghadapi masalah sosial, seperti narkoba, kekerasan, dan kehilangan arah hidup.
“Ketika perceraian terjadi, yang paling menderita adalah anak dan perempuan. Banyak anak broken home yang akhirnya terjerumus dalam masalah sosial. Sementara perempuan kerap terpinggirkan secara hukum maupun budaya,” jelasnya.
Ia menambahkan, meski banyak regulasi yang melindungi perempuan dan anak, implementasinya masih perlu diperkuat agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat.
Menag juga menyoroti tantangan rumah tangga di era digital yang semakin kompleks. Ia menilai media sosial dan kemudahan akses komunikasi sering kali menjadi pemicu konflik dan perselingkuhan dalam rumah tangga.
“Kemudahan dengan handphone bisa memancing perselingkuhan. Kalau kita tidak kuat menahan diri, kita akan jadi budak media. Karena itu, BP4 harus hadir memberikan pendewasaan dalam bermedia sosial,” pesannya.
Nasaruddin menegaskan, BP4 memiliki tanggung jawab besar bukan hanya mencegah perceraian, tetapi juga mendampingi pasangan pasca perceraian agar tidak terjerumus ke masalah sosial yang lebih luas.
“Tugas BP4 ini adalah tugas yang suci. Lebih baik kita mencegah perceraian daripada membiarkan generasi muda terjebak dalam pergaulan bebas. Melalui BP4, kita harapkan lahir keluarga-keluarga sakinah yang menjadi dasar kokohnya bangsa,” tutupnya.
 
				
 
				 
					 
					 
					 
					 
					 
					 
					 
					
Comment